Jumat, 29 Mei 2009

Pelayanan Pendidikan Anak Inklusi Masih Terbatas


Layanan terhadap anak usia dini yang memiliki kebutuhan khusus (inklusi) masih sangat terbatas. Bahkan, di tataran pengetahuan tentang konsep pendidikan anak berkelainan khusus ini juga masih mini.

Ketua Umum Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Indonesia (HIMPAUDI) Gusnawirta Fasli Jalal mengatakan baru sekitar 34 persen PAUD yang memberikan layanan bagi anak berkebutuhan khusus.
Walau bukan prioritas namun harus dipacu serta ditingkatkan layanannya sehingga perkembangan semua anak di masa depan maksimal.

Ditemui usai Seminar Peningkatan Pelayanan PAUD Layanan Khusus (inklusi) di gedung Depdiknas Jakarta, Jum'at (13/4), dia menjelaskan kalau jumlah PAUD sendiri, khususnya yang melayani anak usia 0-4 tahun masih sangat sedikit dan baru mampu melayani 25 persen dari seluruh anak usia tersebut di Indonesia.

Artinya kehadiran PAUD layanan khusus belum menjadi prioritas di saat gerakan pengembangan PAUD juga masih optimal. Tetapi HIMPAUDI menurutnya tetap memberikan perhatian serius dan menjadikan bagian program di masa depan.

Saat ini HIMPAUDI sebagai organisasi yang memiliki tugas meningkatkan mutu dari tenaga pendidik dan kependidikan PAUD, bekerja sama dengan psikolog dan pihak terkait akan memberikan pelatihan dan pembinaan bagi pengelola maupun pendidik PAUD yang menyelenggarakan layanan bagi anak berkebutuhan khusus (inklusi).

Sebagai organisasi profesi yang menyadari begitu beragamnya latar belakang pendidikan para pendidik PAUD, HIMPAUDI bertekad meningkatkan penyelenggaraan pelatihan, seminar, workshop dll yang bertujuan meningkatkan mutu SDM di PAUD formal (TK/RA) dan nonformal (Kelompok Bermain, TPA, Pos (PAUD).

"Kita menyadari latar belakang pendidik PAUD beragam, ada dari SMEA, pertanian dan lainnya. Tapi kita sadar bangsa ini kekurangan tenaga pendidik sementara kebutuhan besar. Artinya dedikasi sudah cukup, hanya perlu ditambahkan bakal pengetahuan, "" ujar Gusnawirta.

Psikolog Fauziah Azwin, mengatakan pelayanan PAUD inklusi di Indonesia masih optimal. Masih banyak konsep, APE maupun kurikulum yang sesungguhnya sudah dirancang oleh psikolog dan pakar pendidikan Dalam Negeri tetapi belum dimanfaatkan.

Begitu juga masalah perhatian Pemerintah dalam bentuk kebijakan dan pendanaan terhadap kegiatan-kegiatan yang mengarah pada peningkatan SDM pelayan pendidikan layanan khusus, pengadaan dan penerapan konsep, riset dan program terkait lainnya belum seperti yang diharapkan.

Ditegaskannya juga betapa penting keberadaan layanan khusus atau PAUD inklusi, karena dengan adanya perhatian dan pendidikan serius bagi anak berkebutuhan khusus sejak usia dini, maka diharapkan akan terjadi perbaikan yang lebih optimal. (Win/OL-02) (ika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar